Potensi produksi singkong sangat besar untuk dimanfaatkan sebagai pendukung ketahanan pangan. Pengolahan menjadi tepung tapioka membuat singkong menjadi lebih awet, lebih ringkas dan lebih mudah di angkut, serta lebih luas untuk diolah. Perencanaan pabrik tepung tapioka ini diharapkan dapat berproduksi dengan kapasitas 30.000 ton/tahun dalam bentuk solid.
Proses pembuatan tapioka ini menggunakan proses Jay E. Olnick dimana bahan baku yang digunakan adalah singkong yang telah di keringkan atau dry chips. Secara singkat, uraian proses produksi tepung tapioka adalah sebagai berikut : Pertama-tama singkong dihaluskan pada proses penggilingan bertahap. Setelah dihaluskan, tepung singkong dimasukkan ke tangki slurry berpengaduk dan ditambahkan air dengan campuran NaHSO sebagai agent non browning untuk meningkatkan kualitas hasil akhir produk. Bubur singkong kemudian dialirkan menuju proses wet milling dan separasi. Pati kemudian dikeringkan dengan spray dryer dan dikemas hingga diperolah produk akhir tepung tapioka yang siap untuk didistribusikan.
Kebutuhan bahan baku singkong sebanyak 4451.5 kg/jam, dengan kebutuhan NaHSO3 sebanyak 9.22 kg/jam. Pabrik tepung tapoka direncanakan berlokasi di Loa Kulu, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur dengan jumlah karyawan sebanyak 177 orang.
Dari evaluasi ekonomi, pabrik tepung tapioka ini memiliki POS sebelum dan sesudah pajak yaitu sebesar 4.41% dan 3%. POT sebelum dan sesudah pajak sebesar 5.47 tahun dan 6.17 tahun, BEP sebesar 43%, SDP sebesar 23. 37% IRR sebesar 23.11%.