Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan dari produksi kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) yang kurang dimanfaatkan secara maksimal. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) saat ini hanya digunakan sebagai pupuk/mulsa, sebagai bahan bakar boiler, dan terkadang dibuang begitu saja. Padahal tandan kosong kelapa sawit (TKKS) mengandung lignin sebesar 22,60%, α-selulosa 45,80%, pentosan 25,90%, abu 1,60%, dan air 4,1%. Dengan kandungan pentosan yang cukup tinggi, tandan kosong kelapa sawit (TKKS) berpotensi untuk diolah sebagai bahan baku pembuatan furfural dengan melalui proses hidrolisis pentosan.

Furfural (Furan-2-carbaldehyde) merupakan bahan bernilai ekonomi cukup tinggi karena merupakan bahan pembentuk resin cetak. Hidrolisis asam merupakan tahapan paling penting dalam pembentukan furfural dari pentosan yang terdapat pada TKKS. Pembentukan furfural ini melalui dua tahap reaksi, reaksi pertama hidrolisis pentosan menjadi pentosa (gula xylosa) dan dilanjutkan dengan reaksi kedua yaitu dehidrasi pentosa membentuk furfural. Pembuatan Furfural berlangsung pada fase padat-cair dengan proses Supra Yield menggunakan reaktor batch dengan kondisi tekanan 18 atm dan suhu 206°C. Reaksi berlangsung secara endotermis dan reversible. Bahan Baku yang digunakan adalah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dari PT Tritunggal Sentra Buana dan PT Sawit Unggul Agro Niaga, serta asam sulfat sebagai katalis.

Pabrik furfural dari tandan kosong kelapa sawit dengan kapasitas 23.000 ton/tahun ini direncanakan akan didirikan pada tahun 2045 di kawasan Muara Badak, Kalimantan Timur, Indonesia. Dengan jumlah karyawan sebanyak 200 orang dan luas tanah sekitar 40.380 m², kebutuhan air yang digunakan adalah 1.182,841 m3/hari dan kebutuhan listrik pabrik sebesar 588,7383 kW.

Berdasarkan evaluasi ekonomi yang dilakukan, pabrik furfural ini membutuhkan modal tetap (fixed capital investment) sebesar Rp 779.242.451.123 serta modal kerja (working capital investment) yang diperlukan yaitu Rp 183.351.164.970. Pabrik furfural ini memiliki keuntungan sebelum pajak yaitu sebesar Rp 917.121.918.467 serta keuntungan setelah pajak adalah Rp 687.841.438.851, dengan nilai BEP sebesar 30 %, SDP 23%, dan IRR sebesar 70,32%.