Talasemia merupakan penyakit genetik akibat gangguan dalam proses pembentukan rantai hemoglobin sel darah merah sehingga terjadi penurunan produksi atau pembentukan hemoglobin. Anak talasemia akan melakukan transfusi seumur hidup untuk mempertahankan kadar hemoglobin darah. Pertambahan usia anak akan meningkatkan frekuensi transfusi darah untuk menunjang pertumbuhan anak. Transfusi yang lama dan terus menerus serta pengobatan yang tidak adekuat akan menimbulkan komplikasi yang berdampak pada kualitas hidup penderita talasemia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi hubungan antara usia, kadar hemoglobin pretransfusi dan lama sakit terhadap kualitas hidup anak talasemia di Samarinda. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Subjek penelitian 32 anak talasemia mayor usia 2 – 18 tahun yang tergabung dalam POPTI Samarinda. Pengambilan data menggunakan rekam medik dan wawancara pasien menggunakan Peds Ql 4.0. Analisis statistik menggunakan uji Pearson. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan usia dengan kualitas hidup anak talasemia (p= 0,136), terdapat hubungan kadar hemoglobin pretransfusi dengan kualitas hidup anak talasemia (p= 0,040) dan terdapat hubungan lama sakit terhadap kualitas hidup anak talasemia (p= 0,036). Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa usia tidak berhubungan dengan kualitas hidup anak dengan talasemia. Kadar hemoglobin pretransfusi dan lama sakit berhubungan dengan kualitas hidup anak dengan talasemia.
Kata kunci: Talasemia, kualitas hidup, usia, kadar hemoglobin pretransfusi, lama sakit.