Tanaman kumis kucing dikenal luas di indonesia sebagai obat tradisional dari berbagai macam penyakit, terutama penyakit saluran kemih dan juga telah banyak penelitian sebelumnya yang mebuktikan bioaktifitas tanaman ini. Sehingga tanaman ini semakin di gemari di masyarakat, dan mengakibatkan produsen industri obat herbal kekurangan bahan baku. Salah satu cara perbanyakan untuk bahan baku obat herbal adalah dengan teknik kultur jaringan, namun untuk untuk teknik ini mempunyai kelemahan yaitu perlu dilakukan optimasi media terlebih dahulu, sebelum dilakukan kultur dalam skala besar. Salah satu cara optimasi media kultur adalah dengan cara mengetahui penentuan jumlah nutrisi yang ditambahkan, salah nutrisinya ialah sukrosa. Fungsi sukrosa adalah sebagai sumber karbon pengganti yang normalnya didapatkan pada siklus calvin. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil senyawa dibandingkan dengan senyawa tanaman aslinya, serta mengetahui pengaruh sukrosa terhadap pertumbuhan tanaman kultur in vitro Orthosiphon aristatus. Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan media dengan berbagai macam konsentrasi yaitu 0 %, 1 %, 2 %, 3 %, 4 %, 5 %. Eksplan yang telah melewati proses strerilisasi permukaan kemudian di kultur pada media basal selama 3 hari, eksplan yang bebas kontaminan di subkultur pada media dengan berbagai variasi konsentrasi sukrosa. Eksplan kemudian di inkubasi dan diamati setiap 7 hari sampai hari ke-28 dan dipanen untuk di ekstraksi kemudian diidentifikasi dengan metode klt dan identifikasi metabolit sekunder menggunakan reagen fitokimia. Hasil yang diperoleh diantaranya, jika ditinjau dari hasil identifikasi menggunakan teknik skrining fitokimia tidak ditemukan perbedaan, namum berdasarkan identifikasi dengan metode KLT ditemukan perbedaan metabolit sekunder antara tanaman kultur dengan tanaman aslinya. Peningkatan konsentrasi sukrosa berbanding lurus dengan pertumbuhan tanaman kultur.