Pertambangan batubara di Indonesia umumnya menggunakan sistem penambangan terbuka, yang apabila dalam pelaksanaannya tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti terjadinya erosi dan sedimentasi yang mengakibatkan penurunan produktivitas tanah dan berkurangnya pengisian air bawah tanah. Upaya dalam mengatasi permasalahan ini yaitu dengan melakukan rehabilitasi lahan pasca tambang. Penelitian ini bertujuan untuk menduga besaran laju erosi dan menetapkan status Tingkat Bahaya Erosi (TBE) pada areal revegetasi SEAM 12 GS 2014 dan areal revegetasi SEAM 12 GS 2015 di PT Kitadin site Embalut, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Waktu penelitian ini selama 7 bulan efektif, dimulai pada September 2019 hingga Maret 2020. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode tongkat ukur erosi dengan ukuran Petak Ukur Erosi (PUE) 20 m × 20 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besaran laju erosi pada areal revegetasi SEAM 12 GS 2014 sebesar 687,61 ton/ha/thn dan tergolong TBE kelas IV (sangat berat), sedangkan besaran laju erosi pada areal revegetasi SEAM 12 GS 2015 sebesar 36,36 ton/ha/thn dan tergolong TBE kelas III (berat). Hal ini disebabkan perbedaan kondisi tutupan tanah, pada areal revegetasi SEAM 12 GS 2015 memiliki vegetasi penutup tanah yang lebih rapat dan lebat dibandingkan areal revegetasi SEAM 12 GS 2014.