Bahan baku perlu di kelolah dengan benar agar terhindar dari persoalan biaya yang tertanam dalam pengadaan pesediaan. Salah satu cara untuk memperoleh laba secara optimal adalah menerapkan suatu kebijakan manajemen dengan memperhitungkan persediaan yang optimal. Namun demikian, pengendalian bahan baku yang dilakukan usaha tahu doko selama ini belum berjalan dengan benar akibat tidak adanya perhitungan yang jelas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis biaya persediaan bahan baku kedelai yang selama ini dikeluarkan usaha Tahu Doko dan biaya persediaan yang dihasilkan dengan menerapkan EOQ dan menghitung efisiensi biaya yang dihasilkan serta untuk mengetahui apakah metode EOQ layak untuk diterapkan. Sumber data diperoleh dari informan dan key informan usaha Tahu Doko dengan teknik pengumpulan yaitu studi kepustakaan, penelitian lapangan (observasi, wawancara).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan metode konvensional menghasilkan biaya persediaan Rp.19.895.294,36 sedangkan metode EOQ Rp.6.790.932,16 dengan kuantitas setiap kali pembelian sebanyak 17.130 kg dan frekuensi sebanyak 5 kali sedangkan efisiensi biaya yang dihasilkan sebesar Rp.13.104.362. Dilihat dari kuantitas setiap kali pembelian maka metode EOQ belum layak diterapkan karena beberapa asumsi tidak terpenuhi.
Dengan menerapkan metode EOQ, menghasilkan efisiensi biaya persediaan namun belum layak diterapkan dengan asumsi bahwa kapasitas gudang yang dimiliki tidak tersedia untuk menyimpan persediaan dalam jumlah yang besar, modal lebih besar dan sifat barang mudah rusak