Gangguan dengar adalah salah satu kelainan yang sering muncul sejak lahir. Gangguan dengar sensorineural dapat mengganggu perkembangan bicara anak sehingga perlu dilakukan deteksi dini untuk mengurangi gangguan.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat karakteristik pasien bayi dan anak dengan gangguan dengar sensorineural dan faktor resiko yang menyertai. Subjekpenelitian ini merupakan pasien bayi dan anak yang terdiagnosis gangguan dengarsensorineural dengan brainstem evoked response audiometry di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada periode Juli 2017-April 2019. Penelitian inimerupakan penelitian deskriptf observasional dengan metode cross sectional. Daripenelitian didapatkan 55 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Sebanyak 29 pasien (52.7%) adalah perempuan dan 26 pasien (47.3%) adalah pasien laki-laki. Frekuensi data paling banyak berdasarkan i) kelompok usia adalah 6-18 tahunsebanyak 13 pasien ii) Derajat gangguan dengar, sangat berat sebanyak 38 pasien(69.1%), dan iii) lokasi bilateral sebanyak 51 pasien (92.7%). (23.6%). Faktor resiko paling banyak adalah faktor resiko tidak diketahui (29.1%), BBLR (27.3%), rubella maternal (16.4%), ikterus patologis (16.4%), asfiksia (14.5%),dan herediter (12.7%). Dapat disimpulkan bahwa angka deteksi yang terlambat masih tinggi, sehingga perlu dilakukan skrining lebih dini pada bayi-bayi yang diketahui memiliki faktor resiko serta melakukan peningkatan pengetahuan pada masyarakat tentang faktor-faktor resiko gangguan pendengaran pada anak.
Keywords: sensorineural, gangguan pendengaran, bayi, anak, BERA