Indonesia memiliki sekitar 30.000 jenis tumbuhan dan 7.000 di antaranya memiliki khasiat sebagai obat. Kekayaan keanekaragaman hayati ini perlu diteliti, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk peningkatan kesehatan. Masyarakat Etnis Bahau Desa Matalibaq di Kalimantan Timur sejak dahulu telah memanfaatkan tumbuhan Caesalpinia sumatrana, Dracontomelon dao, Terminalia catappa, Leea amabilis, dan Saccharum officinarum sebagai obat kencing manis (diabetes). Validasi ilmiah dari tumbuhan obat ini menjadi penting dilakukan mengingat belum adanya pengujian terkait tumbuhan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan fitokimia, menguji aktivitas antioksidan dan menganalisis potensi antidiabetes ekstrak n-heksana, kloroform, etil asetat, dan etanol. Aktivitas antioksidan dianalisis menggunakan metode peredaman radikal bebas 1,1Diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH). Analisis potensi diabetes dilakukan dengan menguji daya hambat aktivitas enzim α-glukosidase dan α-amilase. Hasil ekstraksi dari kelima sampel uji bervariasi pada setiap pelarut dengan rendemen tertinggi ekstrak sebesar 2.63%. Hasil uji fitokimia menunjukkan semua sampel uji mengandung alkaloid dan flavonoid. Presentase penghambatan tertinggi dari pengujian antioksidan sebesar 92,27% dengan nilai IC50 4.38 µg/ml pada ekstrak D. dao. Hasil analisis pengujian penghambatan enzim α-glukosidase menunjukkan bahwa ekstrak S. officinarum dapat menghambat sebesar 99.45% dengan nilai IC50 0.48 µg/ml, dan ekstrak L. amabilis dapat menghambat enzim α-amilase sebesar 95.02% dengan nilai IC50 7.94 µg/ml. Perlu adanya pengolahan berupa produk
herbal dari ekstrak L. amabilis, S. officinarum, dan D. dao sebagai bentuk pemanfaatan bahan alam yang memiliki khasiat antidiabetes dan antioksidan.