Teknologi pembuatan briket, adalah sebuah teknologi batubara bersih, yang dapat dimanfaatkan sebagai upaya penanganan dalam pemanasan global. Penyediaan suplai briket dapat dijadikan sebagai energi alternatif. Teknologi pembuatan briket batubara tidaklah terlalu rumit dan dapat dikembangkan oleh masyarakat maupun pihak swasta dalam waktu singkat.
Pembuatan briket batubara karbonisasi, terdapat tahapan karbonisasi pada raw coal serta tahapan pembentukan briket. Pada tahapan karbonisasi, tungku karbonisasi diperkirakan pada suhu 450ºC, menghasilkan semikokas yang rendah kadar asapnya dengan kandungan volatile matter sekitar 20%. Bahan pengikat organik tidak hanya baik dalamkemampuan mengikat, namun briket yang dipreparasi dengan pengikat organik memilikikekuatan remuk dan uji jatuh yang tinggi. Biomasa sebagai sumber pengikat memiliki banyak keunggulan, seperti ketersediannya banyak, harga yang relative murah, dan nilai pemanasan yang tinggi.
hasil pengujian proximate diatas diketahui bahwa Briket batubara karbonisasi setelah mengalami proses pemanasan (karbonisasi) nilai kandungan air (inherent moisture) akanmengalami penurunan dari nilai awal 19,45% - 21,91% menjadi 8,02% - 14,21% dannilai kandungan kadar abu (ash content) mengalami penurunan dan kenaikan dari 3,22% - 9,49% menjadi 4,16% - 8,15%, pada nilai zat terbang (volatile matter) juga mengalami penurunan dan kenaikan dari nilai awal 37,34% - 40,85% menjadi 37,48% - 53,63%, karbon padat (fixed carbon) mengalami kenaikan dan penurunan yang tidaksignifikan 31,14% - 35,54% menjadi 3,07% - 49,78%, nilai kalori (calorific value)mengalami kenaikan pada range 4917,62 cal/g – 6937,13 cal/g (dmmf) dari nilai kalori awaal 4291,40 cal/g – 4538,42 cal/g (adb). Pada Hasil pengujian kuat tekan, diperoleh nilai kuat tekan paling rendah yaitu 7,17 Mpa – 11,9 Mpa.
Kata kunci : Briket, Batubara, Karbonisasi, Organic Binders