Metode Statistika yang digunakan untuk menganalisis data spasial adalah statistika spasial. Studi kasus dalam penelitian ini adalah rata-rata jumlah titik panas diKalimantan Timur berdasarkan Kabupaten/Kota selama Tahun 2016-2018.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya autokorelasi spasial padadata jumlah titik panas, mengetahui pola persebaran titik panas, serta mengetahuitingkat kerawanan daerah yang berpotensi terjadi kebakaran hutan dan lahan diKalimantan Timur berdasarkan Kabupaten/Kota Tahun 2016-2018. Metode yangdigunakan untuk menganalisis autokorelasi spasial secara global dan mengetahuipola persebaran adalah Indeks Moran. Local Indicator of Spatial Autocorrelation(LISA) digunakan untuk menganalisis autokorelasi spasial secara lokal. Hasilanalisis autokorelasi spasial secara global menggunakan indeks Moran dengan a = 25% menunjukkan tidak terdapat autokorelasi spasial pada rata-rata jumlah titikpanas di Kalimantan Timur pada Tahun 2016-2018. Pola persebaran titik panas diKalimantan Timur pada adalah pola menyebar yang menunjukkan bahwa pada Tahun 2016-2018 titik panas menyebar di setiap kabupaten/kota Kalimantan Timur.
Sementara itu, hasil analisis secara lokal menggunakan LISA menunjukkanterdapat autokorelasi spasial pada beberapa Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur.
Metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat kerawanan daerah berpotensiterjadi kebakaran hutan dan lahan adalah Flexibly Shaped Spatial Scan Statistic dan LISA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten/Kota yang termasuk kedalam kategori rawan kebakaran hutan dan lahan adalah Kota Samarinda, Kota Bontang, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kutai Timur.
Kata Kunci: Autokorelasi Spasial, Flexibly Shaped Spatial Scan Statistic, Indeks Moran, Kebakaran Hutan dan Lahan, LISA, Pola Spasial, Titik Panas