Amalia Setiawaty, NIM 1302045007, dengan skripsi berjudul : “Analisis Pencabutan Pas Lintas Batas Jalur Sebatik-Tawau”, di bawah bimbingan Etha Pasan, S.IP, M.A, pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, Samarinda.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan Malaysia tidak memberikan izin Pas Lintas Batas (PLB) setelah terpenuhi syarat penyediaan kapal oleh Pemerintah Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah deskriptif. Jenis data yang dipergunakan adalah data sekunder. Teknik analisa data yang dipergunakan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah studi kepustakaan.

Pencabutan Pas Lintas Batas Sebatik-Tawau oleh pemerintah Malaysia pada tahun 2013 telah mendapatkan respon dari Pemerintah Indonesia dengan melakukan upaya eksternal maupun internal untuk memenuhi syarat modernisasi kapal penyeberangan jalur Sebatik-Tawau dengan kapal di atas 7 GT yang sesuai dengan standar keamanan pelayaran internasional sebagai syarat untuk kembali membuka PLB jalur Sebatik-Tawau. Pemerintah Indonesia telah memenuhi syarat pengadaan kapal yang diminta tersebut pada Maret 2016 dimana kapal Tasbara telah bersandar di Pelabuhan Liem Hie Djung setelah melakukan serangkaian uji coba kelayakan. Namun yang terjadi hingga tahun 2017 sejak Pemerintah Indonesia telah memenuhi syarat pengadaan kapal tersebut, Pemerintah Malaysia tetap tidak memberikan izin PLB Sebatik-Tawau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan Malaysia tidak memberikan izin PLB Sebatik-Tawau tidak hanya karena persoalan kapal yang tidak sesuai dengan standar keamanan pelayaran internasional, terdapat alasan lain mengenai keuntungan dan kerugian atas pemberian izin PLB Sebatik-Tawau yang kemudian menjadi bahan pertimbangan Malaysia untuk tetap tidak memberikan izin PLB di perbatasan Sebatik-Tawau.

Kata kunci: Pas Linta Batas, Pencabutan, Sebatik-Tawau