Talasemia merupakan salah satu kelainan hematologi genetik yang paling banyak ditemukan. Indonesia termasuk salah satu negara yang berisiko tinggi talasemia, diperkirakan terdapat 3.000 bayi yang lahir dengan talasemia bawaan setiap tahunnya. Penelitian deskriptif ini menggunakan data sekunder 39 pasien talasemia anak yang bersumber dari rekam medik (ICD10, D56) periode 2014 – 2016. Variabel yang diamati adalah usia, jenis kelamin, keluhan utama, hasil pemeriksaan laboratorium dan penatalaksanaan. Hasil menunjukkan bahwa rentang usia pasien yang terbanyak adalah 6 – 13 tahun (48,7%) dengan usia rerata 6 tahun, jenis kelamin didominasi oleh laki-laki (59%), serta keluhan utama tersering adalah pucat (94,8%). Hasil pemeriksaan laboratorium pasien dengan frekuensi terbanyak menunjukkan nilai hb < 7 g/dl (53,8%), nilai MCV < 70 fl (48,7%), serta nilai MCH
> 24 – 34 pg (41%). Hasil penghitungan Indeks Eritrosit pasien menunjukkan jumlah pasien yang diinterpretasikan sebagai talasemia berdasarkan Indeks Shine dan Lal adalah 31 pasien dan Indeks Mentzer 3 pasien. Seluruh pasien mendapatkan transfusi PRC, 30% pasien diberikan terapi kelasi besi berupa deferasirox, 46% pasien diberikan asam folat, 18% pasien diberikan vitamin C, serta 15% pasien diberikan vitamin E. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar pasien baru memeriksakan diri pada usia > 6 tahun, didominasi oleh laki-laki, dengan keluhan utama paling sering berupa pucat. Nilai Hb dan MCV sebagian besar pasien mengindikasikan talasemia mayor, dengan hasil penghitungan Indeks Shine & Lal pasien menunjukkan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan Indeks Mentzer dalam mendiagnosis talasemia. Penatalaksanaan yang paling banyak diberikan adalah transfusi darah.

Kata Kunci: Talasemia, gambaran kasus talasemia anak